Saturday, January 19, 2019

Jokotri: Mengurangi Pengangguran dengan Berwirausaha

Pendidikan merupakan fondasi utama dalam pembangunan sumber daya manusia. Perubahan di masyarakat yang lebih berdampak melalui pendidikan. Kemajuan pun akan dicapai melalui pendidikan.

Banyak teori dan riset ilmiah tentang kemajuan bangsa dan negara akan mengalami perubahan dalam berbagai bidang jika ditunjang dengan masyarakat yang mengenyam pendidikan.

Negara Jepang, Malaysia, Iran, Amerika, Perancis, dan lainnya telah membuktikan bahwa pendidikan berkontribusi dalam kemajuan, perubahan, dan peningkatan ekonomi masyarakat di sebuah negeri. Mereka produktif dan berkontribusi di bidangnya masing-masing kemudian dapat memajukan negerinya. Sehingga pendidikannya bermanfaat bagi kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, dan negerinya.

Permasalahannya, mengapa di Indonesia masih tercatat ada pengangguran? Tentu ini layak dijadikan bagian dari riset. Tentu saja banyak yang menjadi  faktor dengan munculnya pengangguran di negeri ini.

Tentang pengangguran, diberitakan oleh Kompas bahwa "tingkat pengangguran di Jawa Barat menempati posisi kedua. Tingkat pengangguran terbuka di Tanah Pasundan itu tercatat 8,17 persen. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tingkat pengangguran Agustus 2018 di Jawa Barat tercatat turun 0,05 persen poin dari sebelumnya yang sebesar 8,22 persen" (https://ekonomi.kompas.com/read/2018/11/05/153557026/ini-5-provinsi-dengan-persentase-tingkat-pengangguran-terbesar). Meski sudah turun jumlahnya, namun tetap masih ada yang menganggur.

Satu di antara pengangguran yang ada di negeri kita berasal dari kalangan terdidik dan masyarakat yang mengenyam pendidikan. Pengangguran yang terdidik ini besar kemungkinan belum menemukan tempat atau ruang yang sesuai dengan porsinya. Atau bisa dianggap masih menunggu saat yang tepat. Namun, kehidupan ini mesti terisi dengan aktivitas yang manfaat dan ada penghasilan untuk menghidupi keseharian. Jika tidak ada pendapatan bisa berdampak pada ketimpangan dan mendatangkan masalah terkait pribadi maupun keluarga. Juga berdampak pada penyimpangan sosial di masyarakat.

Memang bisa berdampak tidak baik jika sekadar membangun sumber daya dengan pendidikan formal tanpa dibekali lifeskills (kecakapan hidup). Jika sekadar andalkan ijazah maka tidak menjamin seseorang bisa cakap dalam bekerja maupun mengelola sebuah usaha atau menjalankan tugas di masyarakat. Ilmu yang sifatnya akademik teoritis tidak cukup untuk menjadi bekal hidup. Perlu masuk pada kehidupan yang lebih realistis dan terbukti di tengah masyarakat.

Di universitas tempat mengajar, saya ajak para mahasiswa untuk tidak melulu berorientasi kerja setelah lulus. Saya coba para mahasiswa diajak mulai mempertimbangkan agar menjadi pengusaha setelah beres kuliahnya. Bahkan saat kuliah pun, saya sarankan untuk coba merintis bisnis atau berwirausaha. Insya Allah, jika minat dan mau serius dalam kewirausahaan maka akan berhasil dan mengurangi pengangguran di negeri kita.

Saya di Karawang dan Purwakarta, saat ini masih terus berupaya dorong pemuda dan warga yang berkemauan kuat dalam wirausaha. Yang saya tawarkan sesuai dengan kemampuan saya adalah program gerobak bakso. Mereka yang dapat gerobak diseleksi kemudian dilatih dan setelah siap diterjunkan di lapangan langsung berjualan bakso. Selama berjualan pun berada dalam pengawasan dan pengembangan tim Jokotri.

Mohon doanya agar saya terus turut membantu gerak pemberdayaan di masyarakat, terutama untuk masyarakat dhuafa. Insya Allah inginnya sampai 1000 gerobak bakso tersebar di Jawa Barat. ***

JOKOTRI (Dr. H. Joko Trio Suroso, Drs, SH, MH, MM, MBA) adalah Caleg DPRD Provinsi Jawa Barat dari PDI Perjuangan dengan nomor urut 2.